mulai lagi
rentetan memori yang menelanjangi
koma yang menjadi penghubung
dirajut delapan lompatan waktu
: bias
jangan terlalu setia dalam harap
aku tidak punya janji
atau ujung lidah ini memang tidak sanggup memilin dusta
memang pernah mimpiku meraut waktu
bukan berarti jasadku mampu membingkai lebam
cermati dua persimpangan itu
kiri atau kanan kah ?
imajiku hampir lumpuh
bersamaan dengan daging yang mulai membiru
ya!
tentu saja akan kutunggu
duduk-duduk dalam prosa
aku,,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar